MEMPERBAIKI
PEMAHAMAN TENTANG AS-SUNNAH
Asslamualaikum, wr.wb
Sunnah menurut istilah syari’at adalah segala sesuatu
yang bersumber dari Rasulullah SAW baik dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan),
taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai
tasyri’ atau pensyariatan bagi umat Islam. Akhir-akhir ini tanpa kita sadari
ternyata kita terlalu sering meninggalkan Sunnah Rasulullah. Misalnya seperti Shalat
Sunnah Rawatib, shalat berjamaah di mesjid, tadarus, sedekah, menjaga wudhu, menyegerakan
solat, dan masih banyak amalan-amalan sunnah yang kita tinggalkan, bahkan
mungkin sampai lupa yang mana saja yang termasuk Sunnah Rasulullah. Hal ini
tentu ada sebab musababnya. Salah satu penyebab permasalah ini adalah pemahaman
yang salah kaprah tentang Sunnah Rasulullah. Pemahaman yang salah kaprah inilah
yang mengakibatkan banyak dari kita yang merasa biasa saja ketika tidak melaksanakan
Sunnah Rasulullah.
Salah kaprah yang
bagaimana?
Kita sadari atau tidak
pemahaman kita tentang Sunnah sejak kecil memang sudah salah kaprah. Ketika kita
ditanya “apa itu hukum Sunnah?”, maka
kebanyakan dari kita akan menjawab “jika
dikerjakan akan mendapat pahala, jika tidak, tidak apa-apa”.
Kata “tidak
apa-apa” yang diajarkan oleh orang-orang pendahulu kita yang menjadi
sumber masalah. Dengan menggunakan pengertian kata “tidak apa-apa”, maka
manusia akan cenderung meremehkan, apalagi ditambah memang mengerjakan amalan
Sunnah itu juga menyita waktu, sehingga merasa malas dan lagipula akan aman-aman
saja ketika tidak melaksanakan Sunnah. Iya memang tidak berdosa jika tidak
melakukan amalah Sunnah, tetapi tentulah kita akan merugi jika mengetahui
manfaat dibalik amalan-amalan Sunnah itu.
Apa benar tidak
apa-apa jika meninggalkan Shalat Sunnah Rawatib? Padahal Rasulullah
telah bersabda “Barangsiapa yang
mengerjakan dua belas rakaat Shalat Sunnah Rawatib sehari semalam, maka akan
dibangunkan baginya suatu rumah di surga” [HR. Muslim & Tirmidzi].
Apa benar tidak
apa-apa jika meninggalkan tadarus / membaca Al Qur’an? Padahal Rasulullah
telah bersabda “Bacalah oleh kalian Al
Qur’an, karena ia (Al Qur’an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai
pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya” [HR. Muslim].
Apa benar tidak
apa-apa meninggalkan shalat berjamaah? Padahal Rasulullah telah
bersabda “shalat berjamaah lebih afdhal
daripada shalat sendirian sebanyak 27 kali lipat” [H.R Bukhari &
Muslim]. Sabda lain dari Rasulullah “sesungguhnya
shalat seseorang secara berjamaah dilipatgandakan 25 kali daripada dia shalat
di rumahnya atau di pasarnya. Jika dia berwudhu, kemudian dia baguskan
wudhunya, dan dia tidak kemesjid kecuali dia hendak shalat, maka dia tidak
melangkahkan kakinya kecuali diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya. Dan jika
dia shalat maka para malaikat senantiasa mendoakannya selama dia masih tetap di
tempat shalatnya dan tidak berhadas. Para malaikat berkata “ya Allah angkatlah
derajatnya, rahmatilah dia”, dan dia senantiasa dalam kondisi shalat selama dia
menunggu shalat berikutnya”. [H.R Bukhari & Muslim].
Apa benar tidak
apa-apa tidak menyegerakan waktu untuk shalat? Abdullah Ibnu Mas’ud RA
berkata, “aku bertanya kepada Rasulullah,
“Ya Rasulullah, amal perbuataan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.”, aku bertanya
lagi, “lalu apa lagi?” Beliau menjawab “berbakti kepada orang tua”, kemudian
apa lagi, ya Rasulullah?, Beliau Menjawab, “berjihad di jalan Allah”. [HR.
Bukhari].
Apa benar tidak
apa-apa jika meninggalkan sedekah? Padahal Rasulullah telah bersabda “baramgsiapa yang menginfaqkan kelebihan
hartanya di jalan Allah, maka Allah akan melipatgandakan dengan tujuh ratus
kali lipat. Dan barangsiapa yang berinfaq untuk dirinya dan keluarganya, atau
menjenguk orang sakit, atau meningkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan
kebaikan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya. Dan
barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan
menjadi penggugur dosa-dosanya.” [HR. Ahmad]
Apakah benar tidak
apa-apa ketika kita sudah diberikan kesempatan oleh Allah untuk melaksanakan
Sunnah yang di dalamnya terdapat banyak sekali keutamaan yang dijanjikan oleh
Allah kita melewatkannya begitu saja? Tentu jelas kita akan merugi jika
meninggalkan Sunnah dengan berbagai keutamaan besar yang dijanjikan oleh Allah
itu.
Berdasarkan hal itu,
marilah dan marilah, kita perbaiki mulai dari pengertian Sunnah itu sendiri,
kita rubah menjadi “jika dikerjakan
mendapat pahala, jika ditinggalkan maka kita akan menjadi orang-orang yang
merugi”. Insyaallah jika pengertian ini dirubah maka diri kita, terutama
anak cucu kita kelak akan menjadi orang yang tidak ingin melepaskan kesempatan
melakukan amalan Sunnah begitu saja, meski pesona dunia begitu menggoda.
WALLAHU’ALAMMU
BISSHAWAB
BUKA HATI, MARI HIJRAH
BERSAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar