MAKNA
DAN TUJUAN SEJARAH
(The
Meaning and Goal of History)
Sejarah
merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau tentang kehidupan manusia. Secara garis besar, sejarah itu
dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pertama adalah proses sejarah yang
berarti aktualisasi dari peristiwa yang benar terjadi di masa lampau. Kedua adalah
penulisan sejarah (Historiografi) yang berarti adalah kisah yang dituliskan
berdasar peristiwa itu.
Peristiwa sejarah merupakan sebuah
proses. Proses berjalannya kehidupan manusia pada saat itu. Proses bisa juga
diartikan sebagai usaha. Di dalam sebuah proses atau usaha, terdapat sebuah
kebermaknaan. Usaha dapat dikatakan ber”makna” apabila proses atau usaha itu
dapat mencapai sebuah tujuan yang memang sudah dicita-citakan. Contoh kongkrit
misalnya, saya sedang berusaha untuk pergi ke restoran, makna dari saya pergi
ke restoran adalah agar saya dapat melaksanakan tujuan saya, yaitu membeli
makanan. Makna dan tujuan adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya saling
terikat satu sama lain.
Secara
harfiah “makna” mempunyai arti maksud pembicaraan dan tujuan mempunyai arti
sesuatu yang dituju. Berbicara mengenai makna dan tujuan sejarah, bahasan
semacam ini akan cukup membingungkan, tetapi jika dipahami dengan pelan pelan
dan hati hati, bahasan tentang makna dan tujuan sejarah ini akan bisa dipahami
dan menjadikan kita lebih menghargai setiap proses sejarah itu.
Mengenai
makna proses sejarah, terdapat empat tafsiran mengenai “makna” itu sendiri
yaitu:
1)
Pertama, sebagai sebuah pertanyaan
mengenai tujuan terakhir, yang dilaksanakan dalam perjalanan proses sejarah.
2) Kedua, sebagai pertanyaan mengenai arti proses sejarah.
3) Ketiga, sebagai pertanyaan mengenai tujuan dan gunanya pengkajian sejarah.
4) Keempat, sebagai pertanyaan mengenai arti pengkajian sejarah (pertanyaan mengenai arti semua telaah sejarah mengenai masa silam)
2) Kedua, sebagai pertanyaan mengenai arti proses sejarah.
3) Ketiga, sebagai pertanyaan mengenai tujuan dan gunanya pengkajian sejarah.
4) Keempat, sebagai pertanyaan mengenai arti pengkajian sejarah (pertanyaan mengenai arti semua telaah sejarah mengenai masa silam)
Tafsiran-tafsiran
di atas intinya adalah pertanyaan apa sebenarnya “makna” dari sejarah dan
pengkajian sejaran itu sendiri. Untuk menjawab apa “makna” dari proses sejarah
dan pengkajian sejarah, tentunya kita harus tau terlebih dahulu mengenai tujuan
dari proses sejarah dan pengkajian sejarah itu. Sebuah proses sejarah akan
bermakna jika, proses sejarah itu telah berhasil mencapai tujuan yang
dicita-citakan oleh pelaku-pelaku sejarah itu sendiri. Untuk lebih menjelaskan
mengenai makna dan tujuan proses sejarah, saya akan memberikan contoh
berdasarkan filsafat sejarah dari para ahli.
Salah satu tokoh filsafat spekulatif
yang cukup terkenal dan bahkan pemikirannya sampai sekarang masih dijadikan
sebagai ideologi oleh beberapa negara adalah Karl Marx. Dalam sejarah
spekulatif yang dikemukakan oleh Karl Marx, dia menyatakan bahwa gerak sejarah
umat manusia ini bersifat progresive atau menuju ke arah kemajuan. Motor
penggerak dari sejarah itu sendiri menurut Marx adalah materi, yang dimaksud
materi oleh Marx adalah semua benda benda produksi atau kerja
sosial yang dilakukan oleh manusia. Material lah yang membuat manusia bergerak
dan melakukan kegiatan di muka bumi ini.
Material itulah yang membuat sebuah proses sejarah
manusia berjalan. Marx membagi proses sejarah umat manusia menjadi beberapa
bagian yaitu:
1) Masyarakat
Asiatik (absence of private land property, unchanging, need exogen factor breaking
up isolation)
2) Masyarakat
Kuno (families forming tribal units, communal property ownerships)
3) Masyarakat
Feodal (wind mill and land accumulation by landlords)
4) Masyarakat
Borjuis/kapitalis (steam engine)
5) Masyarakat
Sosialis
Pergantian fase adalah hasil perubahan
teknologis (instrumen produksi). Sejarah Berakhir dengan terbentuknya
masyarakat sosialis tanpa kelas. Jadi tujuan proses sejarah menurut Marx adalah
Masyarakat Sosialis Tanpa Kelas.
Pertanyaannya
adalah apakah proses pergantian masyarakat itu adalah sesuatu yang mempunyai
makna? Untuk menjawabnya tentu kita harus melihat tujuan dari proses itu
sendiri dulu. Tujuan proses sejarah menurut Marx adalah Masyarakat Sosialis
Tanpa Kelas. Kita melihat pada waktu ini masyarakat tanpa kelas sudah tercapai
di beberapa negara sosialis Komunis, meskipun tidak sepenuhnya seperti yang
Marx cita-citakan, namun anggap saja tujuan dari proses sejarah menurut Marx
sudah tercapai. Jika tujuan itu sudah tercapai maka barulah kita bisa
memberikan makna bahwa proses menuju masyarakat sosialis tanpa kelas itu adalah
sebuah perjuangan berat yang dikatakan berhasil. Namun yang menjadi pertanyaan
lagi adalah, jika masyarakat sosialis tanpa kelas itu merupakan tujuan akhir
dari proses sejarah, seharusnya proses sejarah itu sudah tidak berjalan lagi
atau berhenti, namun mengapa sampai saat ini negara-negara yang sudah berpaham
sosialis komunis tanpa kelas masih berproses menuju sebuah tujuan baru yang
lebih baik? Apakah benar proses sejarah itu mempunyai tujuan akhir? Jika proses
sejarah itu tidak mempunyai tujuan akhir, bukankah berarti proses sejarah itu
sendiri secara intrinsik tidak mempunyai makna sama sekali. Sebuah hal yang
mungkin membingungkan.
Mari
kita coba lihat contoh filsafat sejarah lain yang mempunyai tujuan akhir yang
cukup abstrak. Salah satu filsuf sejarah abad pertengahan yang cukup terkenal dengan
aliran religiusnya adalah Santo Agustinus. Menurut Agustinus, terdapat 6
periode utama dalam sejarah yaitu:
1) Periode
dari Adam hingga Nuh
2) Periode
dari Nuh hingga Abraham
3) Periode
dari Abraham hingga David
4) Periode
dari David hingga Pembuangan
5) Periode
dari Pembuangan hingga Kelahiran Kristus
6) Periode
dari Kelahiran Kristus hingga Pengadilan terakhir (Kiamat).
Menurutnya, sejarah akan berakhir
pada masa istirahat dalam abadi bersama Tuhan / ALLAH. Santo Agustinus
menyebutkan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua yaitu Kota Tuhan dan Kota
Manusia. Kota Tuhan dibentuk oleh Cinta Tuhan, Kota Manusia dibentuk oleh Cinta
diri. Kedua kota ada bersama-sama (koeksistensi) sepanjang sejarah manusia.
Kapan berakhir? Pada hari kebangkitan dan pengadilan terakhir. Kedua kota akan
dipisahkan dengan dua takdir berbeda: Surga (heaven) atau Neraka (hell).
Proses
sejarah menurut Agustinus adalah kehidupan untuk mencari ridho Tuhan. Apakah kehidupan
itu bermakna? Kehidupan manusia dikatakan bermakna jika manusia mampu mencapai
tujuan akhir yaitu “Kota Tuhan” dimana terdapat cinta Tuhan disana. Tetapi yang
menjadi masalah dalam filsafat sejarah Agustinus ini adalah tujuan akhir
manusia itu bersifat abstrak. Sehingga pada kenyataannya, kita tidak dapat
memberikan makna kepada proses belangsungnya kehidupan manusia di dunia, apakah
sudah bermakna atau belum, karena manusia tidak pernah tau kemanakah manusia
akan menuju kelak, ke Surga atau Neraka.
Berdasarkan
pembahasan di atas, sungguh sangat membingungkan memahami makna dan tujuan
sejarah. Sebagian kalangan mengkritik gagasan tentang sejarah yang memiliki
tujuan akhir. Dengan mengandaikan proses sejarah hanyalah sebuah jalan menuju
tujuan akhir sejarah, berarti proses sejarah sendiri hanya mengabdikan dirinya
kepada masa depan, kepada tujuan akhir. Namun sebagian lain sedikit terhibur
dengan gagasan itu, bahwa kehidupan mereka tidak sia-sia, melainkan sebuah
sumbangan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Kebanyakan masih
merasa tidak puas, karena menganggap bahwa kehidupan sekarang hanyalah jembatan
bagi kehidupan anak cucu kita di masa depan. Lantas apa yang diberikan anak
cucu kita di masa depan nanti? Apakah usaha dan penderitaan manusia di saat ini
benar-benar sebuah sumbangan untuk kehidupan yang lebih baik kelak? sebuah yang
bermakna? Atau hanya kesia-siaan belaka?. Pertanyaan-pertanyaan hanya bisa
dijawab oleh anak cucu kita di masa depan, sebagaimana kita bisa menjawab
kebermaknaan usaha para pendulu kita.
Jadi pada
dasarnya, makna sejarah terletak kepada “masa kini”. Proses Sejarah itu tidak akan
bermakna jika bukan kita sendirilah yang memaknainya. Menurut Kant and Popper, Manusia
harus memberikan makna kepada
sejarah, karena baru demikian perbuatan/kejadian dapat disusun secara
kait-mengait, dan dapat diarahkan ke hari depan.
Dengan
memberikan makna kepada proses sejarah, maka kita juga akan mengetahui apakah
usaha-usaha yang dilakukan para pendahulu kita itu adalah sebuah sumbangan
terhadapa masa kini ataukah hanya kesia-siaan belaka, semuanya tergantung
kepada si pemberi makna itu sendiri.
Pemberian makna
terhadap proses sejarah ini sendiri juga berguna terhadap kehidupan masa kini
sebagai sebuah kearifan. Seperti yang dikatakan oleh pepatah lama, “Historia Magistra Vitae” yang artinya
adalah sejarah bertindak sebagai guru
terbaik dalam hidup. Dalam proses sejarah terdapat makna-makna yang dapat kita
berikan dan kita ambil pelajaran dari makna-makna itu. sebagai orang Islam,
kita juga telah dianjurkan untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa
sejarah, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Yusuf: 111, “sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’am itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.
SEMOGA
BERMANFAAT
^_^