Jumat, 21 April 2017

Review Buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam Nusantara.



ROM I
GARIS BESAR ISI BUKU
A.      Raja-raja Kerajaan Majapahit
Pemerintahan pertama kerajaan Majapahit dipimpin oleh Nararya Sanggramawijaya dengan nama Abhiseka Kertarajasa atau lebih dikenal dengan Raden Wijaya. Raden wijaya ini juga sekaligus sebagai pendiri kerajaan Majapahit. Beliau memerintah pada tahun 1294 M menurut Negarakertagama. Raden Wijaya mempunyai 3 istri menurut Negarakertagama, yang pertama dengan Putri Melayu Dara Petak atau Indreswari dan mempunyai anak bernama Jayanegara. yang kedua dan ketiga masing-masing adalah anak dari raja Kertanegara yaitu Tribuwana dan Gayatri dan mempunyai putri dari masing-masing yaitu Tribuwanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa, atau dikenal sebagai Bhre kahuripan dan bhre Daha. Putri Melayu Dara Petak merupakan anak dari Raja Melayu Tribuwanaraja Mauliwarmadewa. Dara Petak dibawa ke Majapahit oleh tentara Singasari seusai melawan tentara Tartar dengan saudaranya yaitu Dara Jingga.
Setelah Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309 M, ia digantikan oleh anaknya yaitu Jayanegara yang naik takhta pada tahun 1309 M seperti yang tertera dalam piagam Sida-teka. Tidak lama pemerintahannya berlangsung ia jatuh sakit. Kemudian pada tahun 1328 M ia dibunuh oleh Tabib Tanca. Namun Tanca juga berhasil dibunuh oleh Patih Gadjah Mada. Setelah kematian Jayanegara, Patih Gadjah Mada mengangkat Bhre Kahuripan dan Bhre Daha untuk menjadi Rani di Majapahit. Namun yang bersedia ialah Tribuwanatunggadewi atau Bhre Kahuripan. Diselang kedua pemerintahan tersebut terdapat seorang yang juga besar peranannya dalam kerajaan Majapahit ialah Aditiyawarman.
Aditiyawarman adalah seorang putra dari Dyiah Dara Jingga yang bersuami “dewa”. Banyak sekali pendapat mengenai Aditiyawarman dan ayahnya “dewa” ini. Namun bukti yang paling kuat untuk dijelaskan adalah pengakuan Aditiyawarman sendiri dalam prasasti yang dipahat pada kubur raja Aditiyawarman, pengakuan tersebut berisi “Adwayawarmamputra Kana-kemendinindra”, yang berarti raja Suwarnadwipa putra Adyawarman. Kemudian pada baris 11-13 berisi “Aditiyawarmabupala Kulicadhara-wamca”, yang berarti raja Aditiyawarman dari wangsa Kulicadhara atau Indra. Dari pengakuan tersebut jelas bahwasanya yang dimaksud “dewa” adalah Adyawarman. Adyawarman merupakan seorang mahamantri Singosari yang mengantar arca Amogapacha kepada raja Melayu. Pada waktu itu raja Melayu adalah Tribuwanaraja Mauliwarmadewa. Jadi jelas bahwasanya Aditiyawarman adalah seorang anak dari Putri Dara Jingga dengan mahamntri Singosari Adyawarman.
Hubungan Aditiyawarman dengan kerajaan Majapahit cukup jelas kiranya. Hal itu didasarkan pada hubungan saudara antara istri Raden Wijaya yaitu Dara petak yang bersaudara dengan dara jingga yang merupakan ibu dari Aditiyawarman. Jadi Aditiyawarman merupakan keponakan dari Raden Wijaya dan sepupu dari Jayanegara. Sebagai keponakan dari raden wijaya, ia mendapat tempat yang tinggi di Majapahit. Pada saat masa patih Gadjah Mada, Majapahit menjadi kerajaan yang sangat kuat, kemudian timbul gagasan untuk memperluas wilayah Nusantara dibawah pimpinan Majapahit. Hal itu dibuktikan dengan adanya “Sumpah Palapa” atau “Sumpah Nusantara” oleh patih Gadjah Mada. Sumpah tersebut berisi “ Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa, lamun kalah ing gurun, ring seran rin tanjung pura, ring haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun maukti palapa”. Yang artinya “ kalau nusantara telah tunduk, saya baru akan beristirahat. Kalau gurun (Lombok), Seran (seram), Tanjungpura (Kalimantan), Haru (Sumatra utara), Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik (Singapura) telah tunduk, pada waktu itu saya akan beristirahat.
     Dalam misi politik itu, Aditiyawarman mendapat perintah untuk pergi kesumatra untuk merebut kembali daerah penghasil lada yaitu Minangkabau yang berada pada kekuasaan kesultanan Aru atau Barumun. Dalam Negarakertagama, Dibawah pimpinan Aditiyawarman Majapahit berhasil menguasai banyak daerah disumatra, diantaranya adalah Palembang, Jambi, dan Minangkabau, termasuk juga kesultanan Kuntu atau Kampar yang merupakan bawahan dari kesultanan Aru. Ekspedisi Majapahit kedaerah barat dilakukan secara besar-besaran dan dipimpin langsung oleh patih Gadjah Mada. Dari pararton dan kitab sundayana, patih Gadjah Mada berhasil melawan tentara Sunda dalam perang bubat.
     Dalam usahanya menaklukkan Negara Islam Samudra Pasai, Majapahit mengalami kegagalan,. Akibat dari hal tersebut aditiyawarman yang sudah meninggi kepercayaan dirinya setelah berhasil menaklukkan kesultanan kuntu pada tahun 1339 M membangkang terhadap Majapahit dan mendirikan kerajaan sendiri di Pagarrujung dengan julukan crimat Udayaditiyawarman. Ia tidak lagi tunduk kepada kerajaan Majapahit, ia mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Kulichadara atau dinasti Indera. Setelah raja Jayanegara wafat ia digantikan oleh saudara sepupunya yaitu Tribuwanatunggadewi. Karena penghianatan Aditiyawarman, simpati rakyat menurun terhadap Dara Petak sebagai saudara dari ibu Aditiyawarman yaitu Dara Jingga.
     Pada tahun 1409, raja Majapahit yang pada saat itu adalah Wikramawardhana mengirim ekspedisi ke sumatera untuk merebut kerajaan Aditiyawarman. Pertempuran terjadi antara tentara Majapahit dengan tentara pagarrujung di Padang Sibusuk. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur, namun bersamaan dengan itu pusat kota diserang oleh kaum adat yang beragama Islam, mereka membalas dendam, namun mereka tidak berhasil memusnahkan dinasti indera. Otomatis pemerintahan menjadi kocar-kacir, pada tahun 1513 M kekuasaan itu dipersatukan kembali oleh Putra sultan Aceh yang bernama Burhanudin Syah. Sejak saaat itu berakhirlah dinasti indera yang didirikan Aditiyawarman.
     Setelah pemerintahan Tribuwanatunggadewi, raja Majapahit berikutnya adalah Hayam Wuruk. Ia adalah anak dari Tribuwanatunggadewi hasil pernikahnnya dengan Kertawardana. Dalam berita negrakertagama sehabis pasundan bubat berahir pada tahun 1357 M, Hayam Wuruk menikah dengan putri bhra Paramesawara, paduka Sori. Dari perkawinannya tersebut lahir seorang putri bernama kusumawardhani. Dari berita di pararaton dikabarkan bahwa Hayam Wuruk juga mempunyai seorang anak dari selirnya yang bernama Wirabhumi. Karena Wirabhumi mrupakan anak dari seorang selir, maka yang naik takhta kerajaan Majapahit selanjutnya adalah kusumawardhani. Kusumawahrdani yang menikah dengan Wikramawardhana, otomatis memimpin kerajaan Majapahit. Dari hal itulah timbullah perselisihan demi memperebutkan kekuasaan. Pada tahun 1400 M Wikramawardhana berhenti menjadi raja dan memilih menjadi pendeta dan ia digantikan oleh prabu stri. Prabu stri ini belum jelas apakah Kusumawardhani ataukah anak mereka dewi Suhita. Namun jika dilihat dari peristiwa perang paregreg yaitu perang antara Majapahit dan blambangan pimpinan Wirabhumi terdapat fakta yang cukup menjelaskan. Dewi suhita yang menikah dengan Hyang Parameswara dari kahuripan tidak memimpin saat itu, karena Hyang Parameswara pada saat perang paregreg membantu Wirabhumi. Jadi cukup jelas bahwasanya yang dimaksud dengan Parbu stri adalah kusumawardhani. Dari perang tersebut Wirabhumi melarikan diri dan berhasil ditangkap dan dipenggal kepalanya oleh bhre narapati.
     Setelah perang paregreg berakhir, tampuk kepemimpinan Majapahit kembali dipegang oleh wikramawardhana dan prabu stri sampai tahun 1427 M. setelah itu diangkatlah putrid Suhita sebgai rani Majapahit. Namun menurut pararaton pada tahun 1437 M brhe daha yang diyakini merupakan anak dari Wirabhumi hasil perkawinannya dengan brhe lasem sang “alemu” menduduki tahta Majapahit. Pendudukan brhe daha ini dijadikan sebagai ajang balas dendam olehnya, terbukti dengan dipersalahkannya brhe Narapati atas kematian Wirabhumi. Pendudukan brhe Daha ini cukup membingungkan mengingat pada tahun 1427 M Suhita telah diangkat menjadi rani Majapahit. Dalam berita Tionghoa yang berasal dari klenteng Sam Po Kong di Semarang, Gang Eng Tju dipindahkan dari kepala pelabuhan dimanila ke tuban. Atas jasa-jasanya ia diberi gelar “a-lu-ya” yakni arya yang diberikan oleh raja Su-king-ta. Raja yng memrintah pada tahun 1427-1447 M. tentu sudah dapat disimpulkan bahwa su-king-ta tersebut adalah rani Suhita. Jadi dengan bukti itu pemerintahan brhe Daha adalah hanya merupakan pemerintahan selingan dari keturunan Wirabhumi.
     Pernikahan antara Hyang Parameswara dengan rani Suhita tidak memperoleh keturunan, jadi yang diangkat menjadi raja setelah mangkatnya Rani Suhita adalah Kertawijaya dan Tumapel. Keduanya adalah anak dari Wikramawardhana yang merupakan hasil dari perkawinan dengan selir. Sejak itulah tampuk kekuasaan Majapahit dipimpin bukan oleh keturunan raden wijaya. Setelah kertawijaya mangkat, ia digantikan oleh raja-raja yang kurang begitu terkenal antara lain adalah brhe Pamotan Sang Sinagara sampai tahun 1453, hyang Purwawisesa selama tiga tahun, Pandan Alas yang merupakan keturunan brhe Tumapel, setelah pemerintahan pandan alas III dalam negarakertagama tidak dijelaskan siapa raja berikutnya, namun hal itu dijelaskan pada prasati Jiyu, yang menguraikan bahwa raja Majapahit adalah Singawardhana. Raja terakhir dari kerajaan Majapahit sebelum jatuh ketangan Penembahan Jimbun atau raden Fatah adalah kerthabumi. Nama kerthabumi juga dijadikan sebagai sangkakala dalam keruntuhan Majapahit yaitu Sirna Ilang Kertaning Bumi yang berarti tahun 1400 saka atau 1478 M.
            Setelah Majapahit ketanangan Jimbun atau raden Fatah, periode ini dikenal sebagai Post-period diamana ada dua raja yng menguasai Majapahit utusan dari Jimbun. Raja yang pertama adalah orang Tionghoa yang bernama Njoo Lay Wa. Namun ia hanya berkuasa sebentar pasalnya orang-orang Majapahit tidak suka dipimpin oleh orang cina, akhirnya pada tahun 1486 ia dibunuh. Jinbun yang sadar akan hal itu kemudian menunjuk Sri Girindrawardhana yang merupakan keturunan  dari raja Singawardhana.ia memerintah sampai tahun 1527, selama empat puluh tahun karena ia sering melakukan hubungan dagang dengan orang-orang Portugis di Malaka yang merupakan musuh sultan Demak dalam persaingan dagang dan perebutan kekuasaan, maka untuk yang kedua kalinya Demak menyerang Majapahit dengan dipimpin oleh Toh A Bo atau Sunan Gunung Jati yang merupakan anak dari pengeran Trenggana atau Tung Ka Lo. Setelah kejadian itu hancurlah Majapahit.  

B.       Latar Belakang Imigrasi Etnis Tionghoa Ke Indonesia
Pada sumber berita Tionghoa memberitakan bahwa etnis Tionghoa yang pertama kali mengunjungi pulau Jawa adalah Fa-hien yang merupakan pendeta Tionghoa dalam perjalanannya ke India. Kunjungan tersebut diuraikan dalam bukunya yang berjudul Fahueki. Kunjungannya berlangsung pada tahun 399 sampai 414 M. pada abad ke 7 menurut pendeta I-tsing hanya pendeta agama budha yang ingin pergi ke India yang mengunjungi Sriwijaya. Hubungan yang terjalin dalam hal ini adalah hubungan dagang pasif yaitu barang dagangan orang Tionghoa dijualkan dan orang Tionghoa hanya menunggu di pelabuhan Kanton tidak ikut berdagang dan menetap. Sesudah abad ke-8 terbentuklah kerjasama dagang antara etnis Tionghoa dan kerajaan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaab di Sumatra. Hal itu terbukti pada tahun 1082 Sun Chiang yang seorang wakil kepala pengangkutan dan urusan dagang pemerintahan Yuan Fong menerima surat dari raja Chanpei (Jambi) yang berisi penyerahan kekuasaan untuk mengawasi urusan Negara San-fo-ts’i.
     Semenjak itulah banyak pedagang-pedagang Tionghoa yang melakukan hubungan dagang ke Indonesia dan menetap. Pada permulaan abad ke 15, disaaat pemerintahan kisar Yung lo, laksamana Cheng Ho melakuakan kunjungan ke Asia Tenggara. Ia banyak menemui pedagang Tionghoa yang menetap. Pada tahun 1407, setelah membebaskan Palembang dari kerusuhan dan perampokankan Hokkian, laksamana Cheng Ho mendirikan perkampungan Tionghoa di Palembang. Setelah itu ia melakukan ekspedisi pertamanya yaitu ke Samudra Pasai untuk melakukan hubungan dagang dan Politik. Disana ia bertemu dengan Sultan Zainal Abidin Bahian Syah. Lambat laun banyak orang Tionghoa yang juga melakukan hubungan dengan orang-orang di Samudra Pasai. Banyak dari mereka yang kawin dengan wanita isana, sehingga banyak keturunan Tionghoa disana. Menurut G. W Skinner sebelum abad ke 19, imigran Tionghoa hanya laki-laki saja, mereka menikah dengan wanita pribumi. Baru pada pertengahan abad ke-19 dan 20 imigran wanita pun juga datang ke Indonesia. Sejak saat itulah emigrasi orang-orang Tionghoa sangat pesat sekali.
     Etnis Tionghoa ini sangat penting untuk dipelajari, karena nantinya dalam pembahasan, akan banyak ditemui hal yang menarik. Salah satunya adalah para tokoh yang berperan dalam penghancuran kerajaan Majapahit dan pendirian Negara Islam Demak adalah merupakan Keturunan orang Islam Tionghoa.

C.      Kemerosotan Kerajaan Majapahit
Sepeninggal patih Gadjah Mada, kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Patih Gadjah Mada merupakan seorang patih yang berhasil membawa Majapahit ke dalam kegemilangan. Program politik sumpah nusantara yang digagasnya dapat ia laksanakan. Ia merupakan patih yang sangat disegani. Pada masa kegemilanagan atas jasa Patih Gadjah Mada, Majapahit mampu menguasai semua jalur perdagangan baik di darat maupun di laut. Oleh karena itu Majapahit mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dalam Negarakertagama digambarkan betapa agungnya Majapahit saat itu. Hamper semua isi dari Negarakertagama memberitakan bahwa pada saat patih Gadjah Mada memimpin Majapahit mencapai keagungan yang sangat luar biasa. Sepeninggal Gadjah Mada, pada saat pemrintahan Hayam Wuruk, dalam Negarakertagama pupuh 71 diberitakan bahwa prabu Hayam Wuruk sangat berduka cita atas kematian Patih Gadjah Mada. Ia memanggil dewan pertimbangan agung yang terdiri dari keluarga raja yang pada saat itu diantaranya adalah Tribuwanatunggadewi, Sri Kertawardhana, brhe Daha dan suaminya Raja Wengker, brhe Lasem dan Rajasawardhana. Dalam rapat tersebut tidak ditemukan pengganti yang memang sepadan dengan patih Gadjah Mada.jadi prabu Hayam Wuruk memutuskan untuk membentuk cabinet baru tanpa adanya seorang Patih. Baru sekitar tahun 1367 M diangkatlah Gadja Enggon sebagai Patih.
Setelah prabu Hayam Wuruk Mangkat pada tahun 1389, ia digantikan oleh menantunya yaitu Wikramawardhana, suami dari Kusumawardhani. Kusumawardhani berhak menerima tahta sebab tidak ada lagi anak yang memang dari keturunan permaisuri dari Hayam Wuruk. Sebenarnya ada anak laki-laki Hayam Wuruk yaitu Bhre Wirabhumi, namun karena ia hanya dilahirkan dari seorang selir, jadi ia tidak berhak menerima tahta kerajaan. Karena saling ingin memegang kekuasaan Majapahit, terjadilah perselisihan diantara keduanya. Bhre Wirabhumi memerintah kerajaan sendiri di Blambangan. Akhirnya selama 3 tahun berselisih, pada tahun 1404 M terjadilah perang saudara antara Wikramawardhana dari Majapahit dengan Brhe Wirabhumi dari blambangan. Perang tersebut dikenal sebagai perang Paregreg. Meskipun Bhre Wirabhumi berhasil dikalahkan, namun perang tersebut membawa kemerosotan bagi ekonomi dan politik kerajaan Majapahit. Perang paregreg ini merupakan awal dari perang saudara yang terjadi di Majapahit.
Pada tahun 1427 Wikramawardhana mangkat dan digantikan oleh Putrinya yaitu Suhita. Disela-sela pemerintahannya terdapat pemerintahn selingan dari keturunan Bhre Wirabhumi pada tahun 1437 M. kekuasaan tersebut dijadikan sebagai ajang balas dendam atas kekalahan ayahnya pada perang Paregreg dan juga atas terbunuhnya ayahnya oleh Brhe Narapati. Hal ini terbukti pada saat pemerintahnnya Bhre narapati dipersalahkan atas kematian Bhre Wirabhumi. Setelah kematian Rani Suhita pada tahun 1447 M, tahta kerajaan Majapahit menjadi ajang perebutan antar keluarga Majapahit. Raja-raja yang memimpin setelah Rani Suhita Mangkat antara lain yaitu Sri Kertawijaya tahun 1447 sampai 1451 M, Bhre Pamotan Sang Sinagara dari tahun 1451 sampai 1453 M, Hyang Purwawisesa dari tahun 1456 sampai 1466 M, Brhe pandan Salas dari tahun 1466 sampai 1468 M, Singawardhana dari tahun 1468 sampai 1474 M, dan raja terakhir Majapahit yaitu Kerthabumi selama 4 tahun.
Disamping itu pula datanglah orang-orang Tionghoa yang memang berlayar untuk memperluas kerajaan mereka dan memperkaya mereka. Banyaknya orang-orang Tionghoa yang datang ke Nusantara membuat para raja-raja Majapahit memperistri wanita-wanita Tionghoa, antara lain adalah raja Wikramawardhana yang menikah dengan putri cina dan melahirkan Swan Liong atau Arya Damar. Selain itu juga raja Kertabhumi yang menikah dengan putri china melahirkan Jin Bun atau Raden Fatah. Para keturunan Tionghoa inilah yang menjadi penghancur kerajaan Majapahit.
Pada saat itu terdapat panglima Cheng Ho yang datang ke Nusantara dan berhasil merebut Pelabuhan di Palembang. Panglima Cheng Ho datang ke Nusantara dengan membawa orang-orang tiongkok Islam yang berasal dari Yunan. Salah satunya adalah Bong Swing Hoo atau Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Di Palembang Panglima Cheng Ho membentuk perkampungan Islam Tionghoa. Untuk memperluas kekuasaannya panglima Cheng Ho menugaskan Bong Tak Kek untuk mengawasi perkembangan masyarakat Islam di Asia tenggara. Dalam perluasan hubungan dagang, Bong Tak Kek memerintahkan Gang Eng Cu untuk menjadi kapten di Tuban dan Bong Swing Hoo di bangil. Hampir di setiap pelabuhan dagang milik Majapahit hampir semuanya telah dikuasai oleh orang Tionghoa.
Pada tahun 1424 resmi diadakan hubungan dagang anatara Majapahit dengan Tiongkok. Ma Hong Fu yang menjadi menantu Bong Tak Kek ditugaskan untuk menjadi duta besar di Majapahit. Namun tidak lama dia kemudian dipulangkan. Baru pada tahun 1475 diangkat kembali duta Tionghoa untuk Majapahit yaitu Kin San. Kin San atau Raden Kusen adalah adik tiri dari Jin Bun. Kin San adalah anak dari Swan Liong yang menikah dengan istri raja Kerthabumi yang dihadiakan kepadanya. Jadi Jin Bun dan Kin San mempunyai satu ibu. Kin San berhasil mengambil hati raja Kertabhumi, maksud dari penempatan Kin San di internal Majapahit tidak lain adalah peremukan Majapahit dari dalam.
Orang-orang Tionghoa ingin meruntuhkan kekuasaan Majapahit dan menggantinya dengan kekuasaan baru di Jawa yaitu kerajaan Islam. Para orang Tionghoa melakukan strategi pendekatan dari dalam internal Majapahit, misalnya saja Swan Liong yang mendapat gelar Arya sebagai jasanya terhadap Majapahit, nama Jawanya adalah Arya Damar, dan Jin Bun mendapat gelar pangeran. Akibat mendapat gelar tersebut, Jin Bun dengan tenang tanpa adanya kecurigaan terhadapnya untuk membuka hutan Bintara menjadi pemukiman. Padahal rencana tersebut digunakan untuk menghancurkan Majapahit.
Sehingga saat itupun tiba, pada tahun 1478 Bong Swing Hoo atau raden rahmat meninggal. Sebelum meninggal beliau menasehati Jin Bun agar jangan sekali-kali menggunakan kekrasan terhadap Majapahit, karena Majapahit tidak pernah mengganggu penyebaran agama Islam. Namun pesan itu diindahkan oleh Jin Bun, Jin Bun kemudian menyerang Majapahit secara mendadak. Majapahit yang tidak mengira akan penyerangan itu, tidak bisa mempertahankan kerajaan. Raja Kertabhumi dibawa ke Demak beserta segala harta dan pusaka yang berharga milik Majapahit. Akhirnya Majapahit menyerah tanpa adanya perlawanan. Namun Majapahit tidak mengalami kerusakan sedikitpun juga di Demak raja Kertabhumi diPerlakukan secara hormat karena ia adalah ayah dari Jin Bun.
Setelah itu Jin Bun mengangkat Girindrawardhana untuk menjadi raja bawahan Demak. Majapahit masih bertahan sekitar 49 tahun pada masa pemerintahnnya. Namun karena ia mengadakan hubungan dengan orang-orang Portugis yang merupakan musuh utama dari Kerajaan Demak, maka pada tahun 1527 M kerajaan Majapahit di bumi hanguskan oleh tentara Demak yang dipimpin oleh anak sultan Trenggana yaitu Toh A Bo atau Sunan Gunung Jati.

D.      Kerajaan-kerajaan Islam Pertama di Indonesia
 Jalur perdagangan dari tiongkok ke India telah ada sebelum pelabuhan Malaka ada. Menurut catatan pendeta I-tsing “ I-tsing berangkat dari Tanmoloti (Tamluk) menuju ke Kaca (kedah). Kemudian ia dengan menumpang perahu raja menuju ke arah selatan menuju ke pelabuhan Melayu yang menjadi bagian dari Fo Shin (sriwijaya). berdasarkan catatan I-tsing tersebut tidak disebutkan nama pelabuhan Malaka. seiring dengan berjalannya waktu, sebelum abad ke 15 dipantai timur Sumatra terdapat kota-kota pelabuhan yang menjadi tempat singgah dari pedagang yang nantinya menjadi Negara-negara yang cukup kuat.
Pada akhir abad ke 12 dipantai timur Sumatra terdapat Negara Islam pertama bernama Perlak. Negara tersebut didirikan oleh pedagang arab yang menikah dengan putri pribumi keturunan raja Perlak sebelumnya. Dari perkawinannya tersebut dilahirkan seorang yang bernama Sayid Abdul Aziz. Sayid Abdul Aziz merupakan keturunan Arab Sayid dan Putri Marah dari Perlak. Ia menjadi sultan pertama di kesultanan Perlak, dan berubah nama menjadi Sultan Alaiddin Syah. Hal itu tidak terlepas dari sokongan para pedagang asing yang menganut Islam syi’ah dan akhirnya ia pun berhasil merebut kekuasaan Perlak dari keturunan asli Marah. Ia memerintah mulai dari tahun 1161 sampai 1186.
Karena Sayid Abdul Aziz bukan keturunan asli Marah, terjadilah perebutan kekuasaan antara keturunan Sayid Abdul Aziz dengan keturunan asli Marah sejak pemerintahan sultan Alaidin Munghayat Syah. Perebutan kekuasaan tersebut dimenangkan oleh keturunan asli Marah Perlak. Yang menjadi sultan ialah Mahdum Alaidin Abdul Kadir Syah. Namun ia berkuasa hanya sekitar 4 tahun. Tampuk kekuasaan diambil alih oleh seorang ulam bernama Malik aabdul kadir. Setelah ia mangkat tahta kerajaan Perlak diwariskan kepada anaknya yaitu Abdul Malik Syah. Pada masa ini terjadi kembali perebutan kekuasaan. Perebutan kekuasaan ini motif utamanya adalah perebutan hasil lada yang dikuasai oleh sultan Perlak dan diekspor melalui Bandar Perlak. Menurut musafir arab dan Tionghoa, pada abad ke 9 di Aceh sudah terkenal dengan tanaman lada tersebut. Akibat perebutan kekuasaan tersebut kesultanan Perlak menjadi dua yaitu Perlak Baroh yang dipimpin oleh keturunan Marah yaitu Alaidin Mahmud Syah dan Perlak Tunong yang dipimpin oleh Mahdum Alaidin Malik Ibrahim dari keturunan sayid Aziz. Namun pada masa Alaidin Malik Ibrahim Syah kesultanan Perlak dipersatukan kembali. Namun akibat perebutan kekuasaan tersebut kesultanan Perlak menjadi melemah dan mengalami banyak kemunduran. Sehingga banyak pedagang yang tidak lagi singgah di Perlak.
Selain kesultanan Perlak juga ada kesultanan lain yang didirikan oleh dinasti Fatimiyah di Mesir pada tahun 1128 yaitu kesultanan Pasai. Latar belakang pendirian kesultanan Pasai oleh dinasti Fatimiyah adalah untuk menguasai perdagangan rampah-rampah dipantai timur Sumatra. Pasai dijadikan pelabuhan utama pengekspor lada. Pada tahun 1168 kesultanan Pasai dipimpin oleh Laksamana Kafrawi Al-Kamil. Namun kekuasaan tersebut berhasil direbut oleh Laksamana Johan Jani pada tahun 1204. Kesultanan Pasai pun menjadi lebih kuat.
Keruntuhan dinasti Fatimiyah di mesir akibat serangan dari shalahudin memunculkan dinasti baru yaitu dinasti mamuluk. Dinasti ini juga ingin menguasai perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu pada tahun 1284 dinasti Mamaluk mengirim Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad ke pantai barat India untuk menghilangkan pengaruh Syi’ah dan sekaligus merebut Pelabuhan Pasai. Sesampainya di Samudera Pasai, mereka bertemu dengan Marah Silu seorang tentara Pasai. Mereka berhasil membujuk Marah Silu untuk masuk Islam Aliran Syafi’i. dengan bantuan dinasti Mamaluk di Mesir, Marah Silu ditabalkan menjadi Sultan di Negara Samudera dengan Julukan Malikul Saleh. Kesultanan Samudra merupakan Tandingan dari Kesultanan Perlak dan Pasai.
Pada tahun 1285 terjadi perang segi empat antara Muhammad Amin dari Perlak, Yusuf Kayamudin dari Temiang dan dua lainnya adalah kerjasama antara Dinasti Mamaluk dan Golongan Marah silu dari kesultanan Samudera untuk memperebutkan kesultanan Pasai. Akhirnya kerjasama dinasti Mamaluk dan Golongan marah Silu lah yang berhasil menguasai Pasai. Marah silu atau Sultan Malikul Saleh diangkat menjadi sultan di Negara samudera Pasai oleh Syaikh Ismail. Ada tiga pertimbangan Syaikh Ismail mengangkat Malikul Saleh sebagai sultan. Pertama adalah dinasti Mamaluk memerlukan orang kuat asli menganut madhzab Syafi’I, kedua Malikul Saleh dianggap mampu untuk memusnahkan aliran syi’ah, dan yang ketiga yaitu dinasti Mamaluk berharap Malikul Saleh sanggup untuk mengambil alih perdagangan lada dari para pedagang arab, Gujarat dan Persia.
Sultan malikul Saleh menikah dengan putri Perlak Gangga Sari. Ia mendapatkan dua putra yaitu Mohammad dan Abdullah. Pada masa Malikul saleh samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di pantai timur sumatera bagian utara. Di masanya juga samudera Pasai mendapat kunjungan dari pengarang Marcopolo dalam perjalannya dari Tiongkok menuju Persia pada tahun 1292. Setelah sultan Malikul Saleh wafat ia digantikan oleh putranya Muhammad yang mendapat julukan Sultan Maliku Tahir. Anak satunya dari Malikul Saleh mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama kesultanan Aru Barumun yang menganut aliran Syi’ah. Sultan Malikul Thahir memerintah sampaiu tahun 1326, kemudian digantikan Sultan Ahmad Bahian Syiah Malikul Thahir. Pada masa ini Samudera Pasai kembali mendapat kunjungan, kali ini oleh Ibnu Batutah dalam perjalannya menuju ke Tiongkok. Kunjungan tersebut berlangsung pada tahun 1345. Setelah Sultan Ahmad Bahian Syah Malikul Thahir mangkat, ia digantikan oleh sultan Zainal Abidin Bahian Syah. Pada akhir pemerintahnnya Samudera Pasai mendapat penyerangan dari kerajaan Majapahit.
Setelah kemunduran kesultanan Samudera Pasai, tampillah kerajaan Malaka yang memegang perdagangan. Malaka dibangun oleh Prameswara, ia adalah seorang raja dari Tumasik yang melarikan diri karena takut akan serangan balasan raja Pahang yang datang ke Tumasik dengan armadanya untuk membalaskan dendam adiknya yang dibunuh oleh Parameswara. Dalam waktu singkat Malaka menjadi kekuasaan Parameswara. Pada tahun 1403 pada saat seluruh Tiongkok dikuasai oleh kaisar Yung-Lo dari rajakula Ming. Ia berusaha untuk menjalin hubungan politik dan dagang diluar negeri. Oleh karena itulah ia mengirimkan utusan ke Asia Teggara. Utusan pertamanya adalah laksamana Yin Ching. Ia singgah di Malaka, Parameswara yang membutuhkan perlindungan kekuatan yang lebih besar dengan serta merta mendekati laksamana Yin Ching dan minta supaya diakui oleh kaisar tiongkok bahwa ia adalah penguasa Malaka. Parameswara yang diakui, memberikan bunga emas sebanyak 40 tahil kepada laksamana Yin Ching.
Pada tahun 1405 M, raja Parameswara mengirim utusan kei stana Peking untuk mendapatkan pengakuan langsung dari kaisar Yung-Lo. Utusan tersebt diberi sebuah cap, pakaian dari kain sutra dan pajong kuning sebagai bukti bahwa Malaka telah diakui. Pengakuan tersebut tidak membuat Siam menyurutkan niatnya menyerang Malaka. pada tahun 1409 M armada Tiongkok datang dibawah pimpinan laksamana Cheng Ho untuk memberitahukan kepada siam bahwa Tiongkok benar-benar bersahabat dengan Malaka. sejak itulah Siam tidak berani lagi menyerang Malaka. Dua tahun kemudian giliran Parameswara yang mengunjungi Tiongkok, kunjungan tersebut disambut meriah oleh kaisar. Semenjak itulah hubungan Tiongkok dengan Malaka menjadi lebih erat.
Berkat hubungannya tersebut, Malaka semakin bertambah kuat. Parameswara mulai menyempurnakana pelabuhan Malaka demi kesejahteraan rakyat. Pada tahun 1409 M Malaka telah menjadi Bandar raya. Letak pelabuhan yang strategis membuat kapal dagang yang berlayar dari laut Cina berbelok ke kanan dan singgah di Malaka. system pelayaran yang masih menggunakan angin, membuat banyak pedagang yang singgah cukup lama di Malaka. para pedagang tersebut mendapat kesempatan untuk membeli barang-baranag dari cina, india dan Indonesia khususnya rempah-rempah.
Pada tahun 1414, raja Parameswara menikah dengan putri kerajaan Pasai yaitu Megat Iskandar Syah. Atas bujukan istrinya parameswara kemudian masuk Islam aliran syafi’i. atas masuknya Islam raja parameswara banyak rakyat yang juga masuk Islam. Agama Islam sangat berkembang dan tumbuh subur di Malaka. sebagai kota dagang yang ramai dikunjungi pedagang asing, Malaka memberikan kesempatan pedagang asing untuk membuka perwakilan dagang di Malaka. selain untuk memperoleh keuntungan dari hasil dagangannya banyak dari pedagang tersebut yang belajar menganai Islam. Tidak jarang pula dari mereka yang kawin dengan wanita-wanita Malaka yang beragama Islam. Akibatnya banyak pedagang yang memeluk agama Islam.
Pada tahun 1424 Parameswara mangkat dan digantikan oleh anaknya yaitu Muhammad Syah. Raja Muhammad syah mendapat gelar Sri Maharaja. Ia mendapat gelar itu karena ia mengaku bahwa ia adalah keturunan dinasti syailendra di sriwijaya. setelah ia mangkat, ia digantikan oleh anaknya yaitu Sri Parameswara Sewa Syah. Namun ia hanya memimpin selama dua tahun, ia berhasil dibunuh oleh raja Kasim yang dicalonkan sebagai sultan Malaka oleh golongan Tamil. Pada masa pemerintahannya lah terdapat orang kuat yang membawa Malaka pada puncak kejayaannya.  Ia adalah Tun Perak, pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, ia yang sebagai bendahara pemerintahan merencanakan penyerbuan terhadap Pahang. Pahang adalah daerah kaya raya terutama emas dan timah. Dengan mengusai Pahang akan membuat Malaka semakin kuat. Setelah keberhasilan menundukkan Pahang, Tun Perak melanjutkan aksinya denga menundukkan daerah sekitar Malaka, sehingga otomatis semua akses jalur menuju Malaka akhirnya dikuasai oleh Malaka. semenjak itulah Malaka mencapai puncak kegemilangannya. Pada masa sultan Alauddin Ri’ayat syah, Malaka berhasil menguasai Malaya dan selat Malaka sepenuhnya telah dikuasai oleh pelabuhan Malaka. karena kegemilangannya dalam menguasai jalur perdagangan itulah rakyat menjadi tentram dan sejahtera. Malaka mengalami kemundurannya pada saat masa sultan Mahmud Syah pada tahun 1488-1528 keruntuhan tersebut tidak lain tidak bukan adalah karena serangan dari tentara Portugis terhadap Malaka.

E.       Pembentukan Negara Islam Demak
Setelah Jin Bun atau Raden Fatah berhasil meruntuhkan Negara Hindu Jawa Majapahit, dengan segera ia melakukan penyempurnaan terhadap Negara Islam Demak. Ia mulai membangun Negara Demak pada tahun 1475 M. ia tidak ingin menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahannya, ia lebih berfokus pada pembentukan Negara Islam Demak yang ibukotanya Demak.
Pada tahun 1474 ketika ia dalam perjalanannya menuju Majapahit ia singgah di Semarang, ia singgah di sebuah masjid milik etnis Tionghoa yang didirikan oleh masyarakat Islam Tionghoa. Namun ketika ia mengunjungi masjid tersebut kembali masjid tersebut telah berubah menjadi Klenteng yang bernama klenteng Sam Po Kong. Jin bun berdo’a agar suatu saat nanti ia diberi kesanggupan untuk membangun masjid yang nantinya tidak akan diubah menjadi klenteng kembali. Al hasil setelah ia mencapai kegemilangan karena telah meruntuhkan kekuasaan Majapahit, ia teringat akan janjinya untuk membangun sebuah masjid. Akhirnya ia pun membangun masjid sebagai tanda syukur kepada Allah atas kegemilangan yang telah diperolehnya. Masjid tersebut sekarang adalah masjid Semarang. Namun Jin Bun tidak menghancurkan klenteng yang berasal dari masjid tersebut, karena ia masih membutuhkan bantuan etnis Tionghoa tersebut meskipun bukan orang Islam lagi.
Dalam usahanya memperluas kekuasaan dan kejayaannya, Jin Bun mempunyai rencana untuk membangun kota Semarang sebagai kota dagang. Ia memberikan kekuasaan di Semarang kepada saudara tirinya yaitru raden kusen. Namun raden kusen harus mampu membangun semaranng menjadi kota pelabuhan. Untuk melaksanakan tugas berat itu Kin San mengangkat Gan Si Cang yaitu putra dari Gang Eng Cu alias Arya Teja untuk menggerakkan tenaga kerja orang-orang Tionghoa. Gan Si cang bukanlah orang Islam. Penunjukannya sebagai kapten cina sangat tepat karena sebagian besar masyarakat Tionghoa di Semarang bukan Islam. Untuk menjadikan Semarang sebagai kota pelabuhan, maka Gan Si Cang menggerakkan tukang kayu Tionghoa untuk membuat kapal kayu. Semarang dipersiapkan untuk menjadi kota pelabuhan yang jalur perdagangan rempah-rempah di Jawa.
Setelah kota Semarang sukses menjadi kota pelabuhan yang banyak disinggahi kappal-kapal dagang, keuntungan yang diperoleh dari hal itu dijadikan untuk pembangunan ibu kota Negara Islam Demak. Negara Islam Demak merupakan Negara Islam yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Tionghoa, golongan inilah yang menguasai perdagangan di Semarang. Orang-orang Jawa hindu Jawa kurang begitu diperhatikan dalam kehidupannya. Negara Islam Demak yang letaknya sangat startegis, menghadap kel aut dan dibelakangnya tumbuh hutan yang begitu subur. Membuat pelabuhan Negara Islam Demak menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai Negara. Meskipun letaknya tidak pada jalur pelayaran tiongkok ke india, namun karena perdagangan rempah-rempah dari Maluku sepenuhnya dikuasai oleh pelabuhan Semarang maka banyak kapal yang memang langsung menuju pelabuhan Semarang sebagai pelabuhan dari Negara Islam Demak. Pelabuhan Semarang menjadi tandingan dari pelabuhan di Malaka.
Setelah mampu menyempurnakan Semarang menjadi kota pelabuhan yang banyak dikunjungi pedagang asing, Jin Bun juga merencanakan untuk penyempurnaan masjid Agung Demak yang telah ia bangun sejak ia membuka hutan bintara, namun karena masjidnya sangat sederhana maka Jin Bun merasa perlu untuk disempurnakan untuk upaya pembesaran Negara Islam Demak. Pada saat itu kapten China Gan Sin Cang di Semarang menyampaikan permohonan kepada Kin San untuk ikut membantu pembangunan masji Agung Demak. Jin Bun menerima hal itu meskipun mereka bukan orang Islam. Akhirnya masjid Agung Demak dikerjakan oleh para tukang kayu Tionghoa dari galangan kapal Semarang. Mereka sangat ahli dalam mengerjakan kayu. Masjid agung Demak hampir seluruhnya terbuat dari kayu. Salah satu diantara tiangnya terbut dari tatal kayu yang dibentuk secara rapi menurut konstruksi tiang kapal, saka guru itu disebut saka tatal. Menurut babad tanah jawi dan serat kanda yang membuat saka tatal adalah Sunan Kalijaga. Atas dasar ini dapat diidentikkan bahwa Gan Sin Cang adalah Sunan Kalijaga. Selain itu juga Gan Sin Cang adalah anak dari Gang Eng Ju alias Arya Teja bupati Tuban. Hal itu semakin menguatkan bahwa Gan Sin Chang identik dengan Sunan Kalijaga.
Dalam pembangunan Negara Islam Demak, Jin Bun tidak mengikutsertakan masyarakat hindu Majapahit. Jin Bun hanya mengandalkan orang-orang Tionghoa untuk ikut serta dalam pembangunan Negara Islam Demak. Ia tidak menyadari bahwasanya kaum petani bekas rakyat Majapahit juga merupakan kekuatan yang besar untuk pembangunan Negara Islam Demak. Jin Bun yang tidak lagi memiliki penasehat seperti Bong Swing Hoo atau Sunan Ampel berfikir dengan cara sempit saja. Ia tidak lagi menghiraukan rakyat pedalaman yang merupakan bekas rakyat Majapahit. Akibatnya rakyat menjadi benci terhadap Jin Bun. Rakyat di pedalaman hidup tanpa adanya pegangan dari pusat. Namun meskipun begitu mereka tetap melakukan upacara-upacara keagamaan yang lama namun mereka meminimalisirnya, sebab kehidupan mereka sudah tidak seperti dulu lagi, perekonomian rakyat sudah menurun.
Islam yang merupakan agama baru, mulai memasuki masyarakat di daerah pedalaman. Akibatnya segala kegiatan kehinduan mulai menipis, misalnya saja orang tidak percaya lagi bahwa raja adalah keturunan dewa. Perubahan yang sangat penting akibat dari masuknya Islam adalah terhapuskannya system kasta yang sebelumnya mengikat masyarakat Jawa Hindu. Namun akibat tidak adanya haluan dari Jin Bun atau pemerintah pusat terjadilah pertautan antara Hindu dan Islam sehingga muncul Islam kejawen. Akibat dari kurang harmonisnya hubungan antara pemerintah pusat dan rakyat pedalaman, membuat keduanya sama-sama merugi. Pemerintah tidak mendapat bantuan dari rakyat pedalaman yang seharusnya mampu lebih meningkatkan kejayaan Negara Islam Demak, dan rakyat juga perekonomiannya menjadi bobrok karena tidak mendapatkan perhatian sedikitpun dari pemerintah, kehidupan saat itu hanya dipegang oleh para kaum Tionghoa.
Sementara itu disisi lain orang-orang Eropa yang akibat perang salib mereka membeli rempah-rempah snagt mahal, mereka berinisiatif untuk mencari pusat rempah-rempah itu sendiri. Selain itu juga orang-orang eropa melakukan pelayaran karena 3 hal yaitu mencari dunia baru atau kejayaan, mencari kekayaan dan menyebarkan agama Kristen yang pada waktu itu masih hangat dikalangan eropa. Pada tahun 1448, pelayaran ke Tanjung Harapan di Ujung Afrika dirintis oleh Pangeran Hendrik, dengan jalan tersebut memberikan peluang untuk menyisir Negara-negara disebelah timur melalui pantai Timur Afrika. Pada tahun 1497 Vasco Da gama berlabuh di india, ia bermaksud menemui raja India Zamorin untuk melakukan hubungan dagang, namun hal itu ditolak karena India telah melakukan hubungan dengan pedagang Arab. Karena ia tidak berhasil maka ia meneruskan perjalannya ke Kochin. Disana ia memperoleh kesepakatan dengan raja Kochin. Oleh karena hal tersebut, Portugis diizinkan mendirikan benteng dan memonopoli perdagangan disana.
Berdasarkan informasi yang diterima akhirnya Portugis mengetahui bahwa pelabuhan Malakalah yang menjadi pusat dagang rempah-rempah. Pada saat itu Portugis dibawah pimpinan d’Albuquerque. Untuk memata-matai pelabuhan Malaka, d’Albuquerque mengirim Don Lion Lopez da Squera ke Malaka. disana para pengikut da Squeira ditawan oleh raja karena mencurigakan. Atas alasan itu kemudian Portugis datang ke Malaka untuk menyerang Malaka. Malaka sepeninggal Tun Perak menjadi lebih Suram. Para pedagang asing yang mulai berfikir bahwa Malaka yang hanya melakukan “dagang timpuh” mendapatkan keuntungan yang sangat besar, bahkan lebih besar dari pedagang-pedagang asing tersebut.  Akhirnya banyak pedagang yang mencari pelabuhan lain untuk berdagang. Malaka yang sering diwarnai dengan permusuhan antar golongan akibat dari perebutan kekuasaan menjadi remuk dari dalam. Pemerintahnnya menjadi melemah. Oleh karena sebab-sebab itulah Negara Islam Malaka menjadi merosot.
Orang-orang Portugis yang telah ada di Malaka menyiapkan siasat untuk melakukan perebutan terhadap pelabuhan Malaka. d’Albuquerque yang merupakan seorang ahli siasat merencanakan penyerangan pertama denagn cukup matang. Pada tanggal 25 juli 1511 serangan pertama Portugis dilancarkan secara mendadak dan jembatan sungai Malaka berhasil direbut. Tentara Portugis mundur kelaut selama dua minggu sambil mematangkan siasat  untuk melancarkan serangan kedua. Kemudian serangan kedua kembali dilancarkan dan berhasil mencapai targetnya yaitu Bandar Malaka. Portugis yang mempunyai semangat juang tinggi dan memiliki perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan tentara yang telatih, membuat Portugis dengan mudah menaklukkan Malaka dan menguasainya. Sultan Mahmud Syah dengan pengikutnya melarikan diri dari ibu kota. Sultan Mahmud Syah melakukan serangan balasan namun serangan tersebut mengalami kegagalan. Akhirnya ia melarikan diri ke Pahang dan menyingkir ke Kampar. Setelah ia merasa bahwa Malaka sudah tidak dapat dipertahnkan lagi. Akhirnya Portugislah yang berkuasa penuh disana.
Demi keamanan Malaka dan peningkatan dagang disana, orang-orang Portugis melakukan perjanjian dengan Siam dan Birma. Perjanjian tersebut mengenai lalu lintas kapal Portugis untuk berlayar ke Lisabon. Perjanjian tersebut berisi bahwa semua kapal yang mempunyai surat dari panglima Portugis di benteng Malaka supaya diizinkan berlayar bebas tanpa gangguan. Secara tidak langsung hal tersebut memberikan anjuran agar menyerang kapal-kapal lain terutama milik pedagang Arab, Persia dan Gujarat yang memang dari awal sudah menjadi musuh dari Portugis karena mereka memeluk agama Islam. Akhirnya pelabuhan lisabon menjadi pusat penjualan rempah-rempah di Eropa, dan Portugis memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Setelah mampu menguasai Melaka, Portugis tetap ingin mengetahui dan menguasai tempat asli rempah-rempah tersebut. Berkat bantuan dari saudagar India yang telah biasa mengambil remapah-rempah ke Maluku, pada akhir tahun 1511 M Portugis dapat mengetahui jalan menuju kesana dan merintis jalur tersebut. Tujuan utama Portugis memanglah hal tersebut. Semenjak itu kapal-kapal Portugis mengangkut langsung rempah-rempah dari Maluku. Akibat hal tersebut pedagang-pedagang Tionghoa dan Jawa yang berasal dari kota pelabuhan sepanjang Jawa tidak bisa lagi memonopoli perdagangan rempah tersebut. Perdagangan rempah orang Portugis berjalan dengan lancar, karena mereka merupakan pedagang-pedagang yang paling kuat ekonomi, pemborongan dan ketentaraannya. Pada tahun 1527 M kapal-kapal dagang milik Spanyol datang ke Maluku untuk memborong rempah. Hal itu membuat Portugis dan Spanyol saling berebut kekuasaan. Namun akhirnya Spanyol berhasil diusir dan Portugis tetap berkuasa disana.
Akibat dari penguasaan Portugis terhadap perdagangan rempah, orang Tionghoa di Demak merasa dirugikan. Oleh sebab itu Portugis menjadi musuh utama Demak. Adipati unus atau Yat Sun yang telah lama bersiap-siap menyerang Malaka. akhirnya menyerang Malaka dan Portugis pada tahun 1512 M. Yat Sun belajar startegi perang dari Kin San. Pada saat penyerangan, Yat Sun berharap ada masyarakat Jawa yang ada di Malaka membantunya, namun hal itu tidak terjadi. Orang-orang Portugis yang telah menunggu dan siap di bentengnya, menghujani armada Yat Sun dengan peluru, akibatnya serangan tersebut mengalami kegagalan. Serangan pertama yang gagal tidak menyulutkan niat Yat Sun untuk kembali meyerang Portugis. Dengan bantuan Gang Si Cang, Yat sun melipat gandakan produksi galangan kaplnya, berharap akan mendapat keberhasilan pada penyerangan keduanya. Kapal-kapal yang di buat antara lain adalah kapal model Ta Chih (buatan Aceh), tiruan kapal Sunan Kudus yang singgah di Aceh, dan juga kapal-kapal besar model tiongkok yang dapat memuat 400 orang prajurit. Akhirnya pada tahun 1521 M serangan kembali dilancarkan dibawah pimpinan Yat Sun, namun naas penyerangan tersebut tetap gagal. Begitupun juga serangan yang ketiga yang dipimpin oleh Muk Ming putra sultan Trenggana atau Tu kang Lo pada tahun 1546 M juga mengalami kegagalan karena persenjataan Portugis tetap lebih unggul dibandingkan dengan tentara Demak.
Untuk memperbesar kekuasaannya pada tahun 1522 M orang-orang Portugis sudah mengadakan perjanjian dagang dengan raja sunda yaitu tepatnya pada tanggal 21 Agustus 1522 M. Dalam persetujuan itu diantaranya berisi bahwa orang-orang Portugis boleh mendirikan benteng di sunda kelapa. Orang-orang Malaka yang melihat hal itu sebagai luka kecil yang nantinya dapat menjadi besar jika dibiarkan. Akibat meluasnya kekuasaan Portugis di Jawa akan membahayakan monopoli perdagang Demak dan pemerintahan Demak itu sendiri. Akibatnya pada tahun 1526 Sultan Demak yang pada saat itu adalah sultan Trenggono mengirim pasukan untuk menyerang Sunda Kalapa dibawah pimpinan Faletehan atau Fatahillah yang banyak menyebutnya adalah sunan Gunung Jati dan Demak berhasil menguasai Sunda Kelapa. Setelah itu pada tanggal 23 oktober 1526 armada Portugis yang bertolak dari Malaka menuju bintan untuk menyerang Sultan Mahmud Syah, berhasil, kemudian mereka melanjutkan perjalanannya ke sunda kelapa. Salah satu kapal dari pasukannya terbawa angin dan terdampar didekat sunda kelapa, anak kapal itu habis dibunuh oleh kaum muslimin yang sebelumnya telah menguasai pelabuhan itu. Waktu Fransisco de sa selaku pimpinan Portugis menuju Sunda Kelapa behasil dipukul mundur oleh Faletehan atu Fatahillah dengan menderita kerugian dan akhirnya mereka kembali ke Malaka.

F.       Runtuhnya Kesultanan Demak
Keruntuhan Demak disebabkan oleh beberapa factor. Diantaranya adalah sikap sultan Demak Jin Bun yang tidak memperhatikan masyarakat pedalaman. Jin Bun terlalu memperhatikan orang Tionghoa dalam pengembangannya membangun Negara Islam Demak. Ia hanya memperhatikan dan menfokuskan perhatiannya pada pembuatan pelabuhan yang nantinya dijadikan jalur perdagangan yang dapat besar. Masyarakat pedalaman yang kurang diperhatikan menjadi tidak simpati lagi terhadap Jin Bun, akibatnya Demak yang seharusnya mendapat bantuan pertahanan maupun ekonomi dari rakyat pedalaman, menjadi tidak mendapat apa-apa bahkan rakyat pedalaman banyak yang masih setia pada kerajaan Majapahit meskipun Majapahit telah runtuh. Begitupun dalam soal agama, banyak pembesar hindu Majapahit yang telah masuk Islam aliran Syi’ah tidak mau tunduk pada Demak, bahkan mereka mendirikan Negara-negara kecil sendiri yang mengincar kesultanan Demak. Misalnya saja Ki Ageng Pengging yang tidak mau tunduk kepada Demak. Ia adalah anak dari putri Retna Ayu atau cucu dari Wikramawardhana. Akibat dari hal itu kekuatan politik di Demak menjadi pecah belah.
Namun factor yang menjadi sebab paling besar atas runtuhnya kesultanan Demak adalah sengketa antar keluarga yang terjadi. Sengketa tersebut berawal setelah meninggalnya Yat Sun atau Pati Unus yang merupakan putra sulung Jin Bun. Karena pati unus tidak mempunyai putra, maka kekuasaan diperebutkan oleh keluarga. Pangeran seda lepen yang lebih tua dari Tung Ka Lo atau pangeran Trenggana tidak berhak mendapat kekuasaan karena ia lahir dari istri ketiga Jin Bun, sedangkan Pangeran Trenggana lahir dari istri pertamanya. Jadi kursi kekuasaan setelah Pati Unus dipegang oleh pangeran Trenggana. Pada tahun 1546 dilakukan penyerangan terhadap Portugis di Maluku, sultan Trenggana yang ikut dalam penyerangan itu mendadak wafat. Pangeran Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat orang putri yaitu pertama adalah Kawiri yang kawin dengan Pangeran Langgar, kedua Sunan Prawata atau Muk Ming, ketiga putrid Kalinyamat, keempat perempuan yang kawin dengan pangeran Cirebon, dan yang terakhir adalah Toh A Bo. Sebagai anak laki-laki yang paling tua maka Muk Ming alias Sunan Prawoto lah yang menduduki tahta kerajaan Majapahit.
Sunan prawoto yang membunuh pamannya sendiri yaitu pangeran Seda Lepen membuat dendam terhadap anaknya yaitu Arya Penangsang. Pada saat kondisi sedang kosong akibat penyerangan ke Indonesia timur, Arya Penangsang melakukan penyerangan terhadap Demak. Seluruh kota dibakar dan hany disisakan masjid Agung Demak. Tentara Demak yang terdesak mundur sampai Semarang menyingkir ke galangan kapal, namun tetap saja dikejar dan semuanya dibumi hanguskan. Dalam penyerangan tersebut Sunan Prawoto meninggal bersama ribuan orang lainnya. Akhirnya Arya Penangsang pun naik tahta kesultann Demak. Selain membunuh Sunan Prawoto ia juga membunuh ipar sunan Prawoto yaitu pangeran Kalinyamat. Hal itu membuat Nyi kalinyamat mengadakan sayembara bahwa siapa saja yang dapat membunuh Arya Penangsang akan mendapat semua harta miliknya bahkan juga dirinya, Jaka Tingkir yang mendengar hal itu, sebagai iparnya sanggup melakukan hal tersebut.
Jaka Tingkir adalah anak dari Ki Ageng Pengging yang merupakan buapti pengging yang menolak untuk mengabdi pada Demak. Ki Ageng Pengging yang tidak patuh pada Demak, akhirnya dibunuh oleh sunan kudus.  Jaka tingkir diberi nama mas karebet, ia dipungut oleh Nyi Janda Tingkir bekas istri Ki Ageng Tingkir yang merupakan sepupu dari Ki Ageng Pengging. Karena ia dibesarkan didesa Tingkir jadi ia dikenal dengan nam Jak Tingkir. Setelah dewasa ia mengabdi pada sultan Demak, ia berhasil menjadi lurah prajurit tamtama yang karena ketampanannya. Menurut uraian Babad Tanah Jawi sengketa antara Jaka Tingkir dengan Arya penangsang terjadi sebelum Jaka Tingkir menjadi sultan di Pajang. Ia memang telah meguasai daerah pengging dan tingkir sebagai ahli waris dari Ki Ageng Pengging dan Ki Ageng Tingkir. Karena janjinya terhadap Nyi Kalinyamat maka pada tahun 1546 Jaka Tingkir bersama tentara Pengging menyerang Arya Penangsang di Jipang. Pertahanan Jipang yang bobol mengakibatkan Arya Penangsang meninggal dunia.
Sejak saat itulah dinasti Jin Bun Demak Hancur. Demak hanya bertahan selama 68 tahun. Setelah Jaka Tingkir menguasai Demak, ia memindahkan kekuasaannya ke Pajang. Jaka Tingkir yang menjadi sultan mendapat Julukan Sultan Adiwijaya. Sehingga sejak saat itu berakhirlah kesultanan Demak bintara.


G.      Kesultanan Pajang-Mataram
Pada tahun 1546 kesultanan Demak telah berakhir, Arya Penangsang yang membunuh Sutam Prawoto tidak berhasil menduduki tahta Demak karena adanya Jaka Tingkir. Arya Penangsang dibunuh oleh Jaka Tingkir di Jipang. Semenjak itu kesultanan Demak hancur dan muncullah kesultanan Pajang dibawah pimpinan Jaka Tingkir atau Adiwijaya. Dalam babad tanah jawi terdapat berita bahwa Adiwijaya mendapat bantuan dari Ki Ageng Pamanahan, Ki Ageng Panjawi, Sutawijaya atau Ngabei Loring Pasar, serta Ki juru Martani. Mereka di beri hadiah berupa tanah. Ki Ageng Panjawi menerima tanah di Pati. Sedangkan tiga lainnya menerima tanah di Mataram. Ki Ageng Pamanahan menjadi petinggi di Mataram, sedangkan anaknya menjadi bawahannya. Ki Ageng Pamanahan masih tetap mengakui kesultann pajang sebagi atasannya.
Setelah Ki Ageng Pamanahan wafat, Sutawijaya ditunjuk sebagai petinggi di Mataram oleh Adiwijaya. Adiwijaya memerintahkan Sutawijaya untuk menghadap ke Pajang setiap tahun. Sutawijaya sebenarnya segan untuk menjadi bawahan pajang. Ki Ageng Pamanahan memperingatkan Sutawjaya agar menghadap ke Pajang, namun nasehat itu di indahkannya. Bahkan ia mencegat orang-orang yang membawa upeti ke Pajang dan mereka diajak berpesta pora. Hal itu membuat pembesar Kedu dan Bagelen membatalkan maksudnya ke Pajang dan mereka lebih memilih mengabdi pada Sutawijaya.
Adiwijaya yang mendengar hal itu marah dan langsung mengirim utusan ke Mataram untuk memanggil Sutawijaya dengan pesan supaya Sutawijaya berhenti makan, minum serta mncukur rambutnya. Namun Sutawjaya menjawabnya “katakana kepada sultan Pajang bahwa saya masih doyan makan dan minum. Tentang perintah cukur, katakana bahwa rambut itu tumbuh sendiri. Tentang perintah menghadap saya akan datang menghadap”. Jawaban tersebut membuat Adiwijaya jengkel. Dalam babad tanah jawi diberitakan bahwa Sutawijaya mempunyai ilmu yang cukup sakti karena ia selalu bertapa dipantai selatan dan melakukan perkawinan denagn Nyi roro kidul. Semua apa yang diinginkannya dapt terwujud.
Ternyata Sutawijaya telah teguh pendiriannya untuk mendirikan kesultanan baru di Mataram. Namun tidak ada maksud untuk memberontak kekuasaan Pajang tetapi ia juga segan menjadi bawahan Pajang. Peristiwa tersebut dianggap sebagai pembangkangan oleh Adiwijaya. Adiwijaya mengirim putranya Banawa dengan kedok kunjungan. Adiwijaya menyuruhnya untuk membujuk Sutawijaya untuk menghadap ke Pajang. Jika hal tersebut diindahkannya maka Mataram harus digempur. Hubungan pajang dan Mataram tetap tegang namun tidak pernah terjadi perang diantara keduanya.
Pada tahun 1582 Adiwijaya bermaksud menyerang Mataram, namun niat itu batal Karena diperjalanan Adiwijaya jatuh sakit. Bala tentara pajang berhenti di prambanan, kemudian disuruh kembali ke Pajang. Disaat kembali kepajang bala tentara pajang diiringi oleh bala tentara dari Mataram dibawah pimpinan Sutawijaya sendiri. Setelah itu sultan Adiwijaya meninggal dan terjadilah perebutan kekuasaan kesultanan pajang. Pangeran Banawa memang putra sulung dari Adiwijaya, namun ia lahir dari selir. Dari perkawinannya dengan putra pangeran Trenggana ia mendapatkan seorang putri yang kemudian menikah dengan adpati Demak. Atas usul dari sunan Kudus maka adipati Demak itulah yang kemudian naik tahta kesultanan Pajang. Sedangkan pangeran Banawa dijadikan adipati di Jipang.
Pangeran Banawa yang merasa diperlakukan tidak adil, kemudian meminta bantuan kepada Sutawijaya dengan imbalan kesultanan pajang akan diserahkan kepadanya jika memang berhasil mengalahkan adipati Demak tersebut. Setelah itu dilakukan penyerangan dan adipati Demak itu berhasil dikalahkan. Sutawijaya tidak mau tinggal di Pajang karena ia telah mempunyai kesultanan Mataram. Akhirnya pada tahun 1586 ia diangkat menjadi Sultan Mataram dengan julukan Senapati Ing Alaga Saidin Panatagama, sedangkan Pajang dibiarkan begitu saja dan tenggelam. Kemudian Sutawjaya memperluas kekuasaannya kedaerah-daerah timur utamanya ke Surabaya. Pada tahun 1601 Sutawijaya mangkat, namun kesultanan Mataram sudah kuat. Akan tetapi mereka tidak dapat menguasai perdagangan rempah-rempah yang masih dikuasai oleh Portugis.

H.      Perebutan Dagang Lada dan Selat Malaka
Sekitar seratus tahun Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah, hal itu dikarenakan belum ada yang tau mengenai jalur pelayaran yang telah dijalani oleh Portugis. Portugis sangat merahasiakan hal tersebut. Namun pada tahun 1595 rahasia tersebut bocor kepada Belanda. Orang yang membocorkannya ialah Jan Huygen van Linschoten, ia merupakan bekas pegawai Portugis. Orang-orang Belanda yang menglami sengketa dengan spanyol membuat pasokan rempah-rempah terhadap mereka dari Lisabon tersendat, sebab Lisabon berada dibawah kekuasaan Spanyol. Oleh karena itu pada tanggal 12 April 1595 armada Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman berlayar dari Tessel, menyisir pantai Perancis, Portugal, dan Afrika Barat sampai ke Malagasi. Dari Malagasi kapal Belanda menuju Srilangka. Namun karena mendengar kabar bahwa singgah di pelabuhan timur Sumatra berbahaya maka, de Houtman berlayar dari Johor menuju ke pulau Jawa. Setelah 15 bulan mereka berlayar, sampailah mereka di pelabuhan Banten. Setelah dua buah kapal yang berisi lada, maka mereka meneruskan pelayarannya ke Jayakarta, namun rempah-rempah yang mereka idamkan tidak ditemukan. Akhirnnya mereka berlayar pulang ke Belanda.
Pada tanggal 1 mei 1597 diadakan ekspedisi kedua dibawah pimpinan Jacob van Neck. Ekspedisi terdiri dari 8 buah kapal. Mereka mendarat di Banten, disana mereka mendapat sambutan yang meriah dari orang-orang Banten, karena pada saat itu Banten sedang bersengketa dengan Portugis. Semua barang dagangan di Banten di borong dan diangkut dalam 4 kapal. 4 kapal lainnya berlayar ke timur menuju Maluku. Disana mereka juga disambut baik, bahkan mereka mengadakan perjanjian dagang denagn sultan Ternate. Empat kapal tersebut berhasil kembali ke Belanda pada tanggal 19 juni 1599 denagn membawa rempah-ekspedisi kedua itu sangatlah berhasil.
Sementara itu ekspedisi ketiga telah siap, dan pada tanggal 15 maret 1598 dua kapal de leeuw dan De Leeuwin menuju ke Indonesia dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka singgah di Aceh pada tanggal 1 juli 1599. Sesampainya disana de Houtman segera melapor kepda syahbandar dan kemudian di antar kepada sultan Alaudin Riayat Syah. Mereka diterima dengan baik disana, bahkan mereka diberi sejengkal tanah untuk dijadikan kantor dan tempat berkemah. Dalam waktu sepekan, de Houtman telah mendapatkan lada untuk dimuat di kapal. Pada tanggal 30 juli 1599, sultan Alaudin Riayat Syah menandatangani perjanjian pinjam kapal dengan sewa lada. Peristiwa tersebut tidak menyenangkan pihak dari Portugis, pada waktu itu terdapat orang Portugis yang menjadi penasehat di Aceh yaitu Affonso Vicente. Disaat kapal Belanda ingin bertolak ke Belanda, sultan menyuruh untuk memberikan jamuan terhadap armada Belanda, namun disaat mereka makan, banyak dari mereka yang muntah-muntah. Oleh sebab itu Belanda menuduh bahwa mereka telah diracun oleh sultan. Sehingga terjadilah tembak menembak yang membuat de Houtman meninggal. Setelah diadakan penyelidikan maka yang terbukti bersalah adalah Affonso Vicente, dan kemudian dia dicopot dari jabatannya.
Pada ekspedisi kedua telah dijelaskan bahwasanya ekspedisi tersebut mendapat kegemilangan. Disaat mereka sampai di Belanda mereka disambut dengan meriah oleh saudagar Belanda. Para saudagar berlomba-lomba mendirikan perserikatan dagang kecil untuk dapat membeli rempah-rempah itu di Maluku. Namun sayangnya perserikatan mereka masih kalah bersaing dengan orang Portugis dan Spanyol. Oleh karena itu sejak tahun 1599 timbul persaingan hebat antara pihak Portugis dan Belanda. Untuk dapat bersaing dengan orang Portugis, akhirnya pihak Belanda pad tahun 1602 membentuk Serikat Dagang Belanda di hindia yang disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC. Serikat-serikat dagang kecil telah bergabung dengan VOC. Selain kapal dari VOC tidak boleh ada kapal Belanda yang diizinkan berlayar ke Indonesia.
Pada tahun 1602 tersebut, kapal-kapal Belanda dibawah pimpinan Steven van der Hargen berusaha untuk mengepung dan menyerang Malaka. namun hal tersebut sia-sia, karena pertahanan Portugis sangat kokoh. Portugis bagi Belanda merupakan musuh yang wajib dikalahkan karena Portugis menguasai hampir seluruh pelabuhan besar di Indonesia antara lain yaitu , Malaka, rempah-rempah di Maluku, serta lada di Aceh. Segala upaya harus dilakukan demi keuntungan Belanda. Pada tahu 1601 M, 4 buah kapal Inggris utnuk menyampaikan surat dari Rani Elizabeth kepada sultan Alaudin Riayat Syah. Kapal itu dibawah pimpinan Sir James Lancaster. Disana Ia melakukan hubungan dagang dengan sultan Aceh. Sultan Aceh memperlakukan ia dan rombongannya sangat istimewa. Setelah selesai ramah tamah dengan sultan Aceh, kemudian ia berjanji akan mengusir Portugis dari Aceh, hal tersebut disetujui oleh perwakilah Belanda. Sejak saat itulah keretakan terjadi antara Aceh dan Portugis.
Disisi lain Belanda yang gagal pada penyerangan pertama di Malaka, kemudian menyerang kembali dibawah pimpinan komando Cornelis Matelieff pada tahun 1605. Sebelum penyerangan itu dilancarkan Cornelis telah membuat perjanjian dengan Sultan Johor bahwa sultan Johor akan memberikan Malaka kepada Belanda dan memberi izin untuk mendirikan pertahanan secara leluasa apabila benteng A-Famousa berhasil direbut. Dari perjanjian itudapat diketahui bahwa sultan Johor ingin mengusir Portugis dari Malaka karena sultan Johor merasa dirugikan. Namun entah karena sebab apa perjanjian tersebut dibatalakan oleh Sultan Johor, akibatnya serangan Belanda gagal untuk yang kedua kalinya. Belanda yang masih tidak menyerah untuk menguasai perdagangan di Indonesia, Belanda kembali mengadakan perjanjian dengan sultan Johor. Dalam perjanjian itu Belanda menghendaki sebidang tanah untuk dijadikan pertahanannya. Sementara itu di pihak Aceh, sudah tercapai kesepakatan bahwa pihak Belanda dan pihak Aceh akan menyatukan kekuatan untuk menyerang Portugis. Dengan jalan itu pihak Belanda mendapatkan bantuan dan fasilitas dari Johor dan tenaga dari Aceh.
Pada tahun 1608, Pieter Willemsz Verhoeff singgah di Johor dan menagih perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Namun sultan Johor memberikan syarat kembali, yaitu pihak Belanda harus membantu Johor untuk menyerang Aceh. Belanda yang sudah melakukan perjanjian dengan sultan Aceh, maka Belanda menolak hal tersebut. Sehingga retaklah hubungan Belanda dengan Johor. Portugis mendapatkan kesempatan untuk mendekati sultan Johor, akhirnya dengan ditandatanganinya perjanjiasn antar Portugis dan sultan Johor pada bulan oktober 1601 Malaka dan Johor bersatu untuk menyerang Belanda dan Aceh.
Aceh yang dirasa perlu untuk lebih meningkatkan hasil ladanya karena telah banyaknya pedagang asing yang melakukan hubungan dagang dengannya, termasuk Belanda dan Inggris. Meningkatkan hasil ladanya dengan memperhebat penanaman ladanya. Dibuka kebun-kebun baru untuk ditanami lada. Para petani mendapatkan uang muka untuk penanaman ladanya. Akibat hal tersebut kesultanan Aceh menjadi sangat makmur. Aceh menjadi Negara maritim yang kuat dan mengimbangi Malaka.
Setelah sultan Alaudin Riayat Syah mangkat, ia digantikan oleh anaknya yaitu Ali Rakyat Syah. Pada awal pemerintahannya, ia diserang oleh Portugis. Ali Rakyat Syah dibantu oleh Perkasa Alam putra angkat ayahnya yang pada saat itu mendekam di penjara akibat perebutan kekuasaan. Setelah dilepaskan ia langsung mengepung gudang-gudang Portugis di kotaraja. Akhirnya Portugis pun dapat diusir dari Aceh. Setelah sultan Ali Rakyat Syah mangkat, ia digantikan oleh Perkasa Alam. Ia ditabalkan pada tahun 1607 dengan julukan Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam.  Sultan iskandar muda berhasil merebut Negara-negara di pantai timur Sumatra yang sebelumnya di kuasai oleh malaka. penguasaan tersebut sebagai balasan terhadap Johor yang secara terang-terangan memusuhi Aceh dan mengadakan perjanjian dengan Portugis. Secara total sejak tahun 1612, semua Bandar di pantai Timur Sumatra tertutup untuk Portugis.  Orang-orang Portugis yang kehilangan pasar lada di pantai timur Sumatra, beralih ke Patani. Timbulnya Patani yang dikuasai Portugis membuat Aceh merugi, kemudian dilakukan penyerangan terhadap Johor, sultan Alaudin beserta keluarganya dibawa ke Aceh. Namun sultan Alaudin diangkat kembali oleh Perkasa Alam menjadi sultan di Johor dengan harapan sikapnya dapat berubah. Namun sikapnya masih belum berubah, ia tetap saja melakukan hubungan dengan orang-orang Portugis. Akhirnya Johorpun kembali diserang dan Alaudin melarikan diri ke Bintan. Semua pelabuhan yang menjual lada berhasil ditaklukkan oleh Aceh, akibatnya Aceh menjadi sepenuhnya memgang perdagangan lada.
Bandar Aceh kemudian ditingkatkan menjadi Bandar internasional. Semua produksi lada hanya dijual di Aceh. Dengan hal itu Aceh memperoleh keuntungan yang sangat banyak. Pembangunan armadapun dilakukan dengan jalan penambahan kapal perang. Malaka masih tetap dalam kekuasaan Portugis, para pembesar taklukan Aceh masih tetap bersikap baik terhadap Portugis. Akibatnya pada tahun 1627 sultan Iskandar Muda mengerahkan arMadanya beserta 20.000 tentara ke Malaka. namun usah itu gagal Karena Portugis dengan bantuan pembesar dari daerah taklukan Aceh bergabung dan menjadi lebih kuat dan Aceh bisa dipukul mundur. Disini terbukti bahwa benteng A-Famosa sangatlah strategis tidak gampang di taklukan oleh musuh. Setelah sultan Iskandar muda mangkat, ia digantikan oleh putra angkatnya yaitu Sultan iskandar Thani.
Sementara itu Belanda yang kalah saing dengan Portugis, berusaha mendirikan benteng di tanah yang diberikan oleh pangeran Jayakarta di daerah muara sungai Ciliwung. Orang-orang Jayakarta tidak setuju akan hal itu. Namun tetap saja Jan Pieter Zoon Coen selaku pimpinan VOC saat itu mendirikan benteng ditengah kepungan orang jayakarta. Namun hal itu terbukti berhasil sebab, pada bulan mei 1619 Coen dapat merebut Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia.setelah berhasil menguasai Batavia belanda terus membuat pelabuhan dan melebarkan kekuasaannya untuk  mengimbangi malaka yang dipegang oleh Portugis. Pada tahun 1624 tentara Aceh bermaksud menyerang Jambi. Awalnya belanda ingin membantu Jambi, namun mereka berfikir ulang jika membantu Jambi maka hubungannya dengan Aceh akan rusak. Belanda melakukan hubungan dengan Aceh hanya semat-mata ingin memperoleh lada dan untuk mendapatkan bantuan untuk menyerang malaka yang di kuasai oleh Portugis.
Telah disinggung sebelumnya bahwa sejak awal pembentukan kesultanan Mataram. Mataram yang dibawah pimpinan Panembahan Senapati terlalu sibuk untuk penyatuan daerah Jawa timur dan Jawa tengah, sehingga ia tidak memikirkan bahaya yang telah berkembang diluar sana. Setelah ia mangkat ia digantikan oleh Panembahan Seda Krapyak. Pada masa pemerintahnnya ia berhasil meredam pemberontakan yang dilakukan oleh saudaranya sendiri yaitu pangeran Puger di Demak dan pangeran Jayanegara di Pranaga. Setelah ia mangkat ia digantikan oleh putranya yaitu Raden Rangsang yang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masa pemerintahnnya Mataram mencapai kejayaannya. Namun ia tidak berhasil menyerang belanda di Batavia sampai dua kali percobaan, setelah itu ia tidak mencobanya lagi.
Sementara itu Aceh yang belum menyerah untuk menguasai Malaka selalu melakukan penyerangan kecil-kecilan, bukan langsung kepada Malaka tetapi kepada daerah-daerah disekitarnya sehingga membuat kekuasaan Malaka menjadi sempit. Sejak Bandar Lisabon dikuasai oleh Spanyol, semangat orang-orang Portugis menjadi menurun karena mereka harus menuruti semua apa yang dikehendaki oleh Spanyol. Para pedagang banyak yang sudah berputus asa. Selain itu juga banyak dari para pembesar Portugis yang sering menghambur-hamburkan uang hasil dagangannya sedangkan pembiayaan untuk armada sangatlah besar. Akibat hal itu hubungan antar pemerintah pusat dan para pelayar menjadi renggang, para armada hanya menjadi perompak di lautan. Disisi lain belanda yang semakin kokoh dengan bentengnya di Batavia menyerang Portugis secara besar-besaran di Malaka, dan akhirnya pada tanggal 16 januari gubernur Portugis menyerah. Akhirnya orang-orang belandalah yang menguasai semua perdagangan di Indonesia.

I.         Sumber Berita
Ada tiga sumber berita yang menjadi sumber utama dalam buku ini yaitu Babad Tanah Jawi, Serat Kanda dan Klenteng Sam Po Kong. Namun dalam uraian ini hanya akan saya sampaikan sebagi perbandingan dengan isi buku yang ditulis oleh Prof Slamet Mulyana ini dalam hal keruntuhan Majapahit dan munculnya kerajaan Demak. Dalam Babad Tanah Jawi dan serat kanda hamper sama jalan cerita yang dipaparkan mengenai keruntuhan kerajaan Majapahit. Disitu diberitakan bahwa Raden Alit yang mengaku dirinya sebai raja Brawijaya yang ke VII mempunyai istri putri Campa. Dalam perkawinannya ia tidak mempunyai anak. Akhirnya ia memutuskan untuk menikah kembali dengan putri cina. Namun karena putri campa yang cemburu akhirnya putri cina yang sedang hamil tersebut diberikan kepada Arya Damar yang dalam hal ini merupakan anak Brawijaya hasil pernikahannya dengan raksasa. Anak dari putri cina tersebut adalah Raden Fatah. Setelah diberikan kepada Arya Damar ia dikaruniai anak kembali yang diberi nama Raden Kusen. Mereka berguru kepada sunan Ampel. Disana mereka mendapat wejangan untuk menghancurkan kerajaan Majapahit. Raden Kusen yang masuk ke istana menjadi mata-mata. Akhirnya pada tahun 1478 M Raden Fatah menyerang Majapahit dengan dibantu oleh para wali songo dan Majapahitpun Hancur. Setelah itu Raden Fatah mendirikan kesultanan Demak sebagai awal dari Islamisasi di Jawa.
Sedangkan menurut Klenteng Sam Po Kong yang termuat dalam prembule Prasaran diberitakan bahwa Swan Liong membesarkan dua orang peranakan Tionghoa yakni Jin Bun dan Kin San. Jin Bun adalah anak dari raja Majapahit Kung Ta Bu Mi. mereka berguru kepada Bong Swing Hoo di Ngampel. Jin Bun mendapat tugas untuk membentuk masyarakat Islam di Jawa. Kin San diperintahkan oleh Bong Swing Hoo menjadi tukang mercon di Majapahit. Raja Kung Ta Bu Mi menyambutnya dengan baik. Setelah itu Jin Bun menyerang kota Semarang dengan tentara Islam dari Demak. Namun ia membiarkan Klenteng Sam Po Kong dan orang-orangnya tetap hidup. Disaat Bong Swing Hoo wafat Jin Bun malah melancarkan serangan ke Majapahit dan raja Kung Ta Bu MI berhasil dibawanya ke Demak. Jin Bun kemudian mengangkat Pa Bu Ta La menjadi bupati Majapahit. Namun karena ia mengundang orang dari Mao Lo Sa ia diserang oleh Demak. Karena ia masih iparnya jadi Jin Bun memberinya kesempatan sekali lagi. Untuk kedua kalinya Pa Bu Ta La meyalahgunakan wewenangnya yaitu berhubungan dengan orang Moa Lok Sa, akhirnya Majapahit di bumi hanguskan.
















ROM II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Kelebihan dan Kekurangan Buku.
Didalam setiap buku tentunya pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam penulisannya baik itu dari segi materi ataupun yang lain. Dalam buku ini yaitu buku yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam Di Nusantara karangan dari Prof. Dr. Slamet Mulyana juga terdapat kelebihan dan kekurangan. Menurut pendapat saya kelebihan dari buku ini adalah dalam segi materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan mengenai runtuhnya kerajaan Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam misalnya Demak, Samudera Pasai dan banyak lagi sangatlah kompleks. Peristiwa sejarah yang diungkapkan dalam buku ini sangat mendalam sampai ke segi aspek yang kecil. Selain itu juga penggunaan sumber yang berbeda dengan buku lain, yaitu penggunaan sumber yang tidak “regular” misalnya sumber berita dari klenteng Sam Po Kong Semarang membuat buku ini sangat berbeda dalam segi penyampaian sejarahnya. Sejarah yang yang disampaikannya bisa diktakan versi sejarah “tak resmi”. Sehingga membuat pengetahuan menjadi lebih luas dan tidak hanya terpaku dalam sejarah yang regular saja.
Sedangkan kekurangan dalam buku ini yaitu terletak pada penyusunan paragraph dan kata-katanya masih kocar-kacir. Sehingga sulit untuk dapat dimengerti dengan mudah. Juga alur yang diceritakan dalam satu Bab pembahasan tidak runtun atau sistematis. Banyak bab yang judulnya menyajikan tentang hal ini namun di dalamnya atau sub babnya menyajikan hal yang berbeda. Meskipun ada sedikit kaitannya antara bab dan sub bab yang agak melenceng namun hal itu membuat pembaca menjadi bingung dan tidak focus dalam satu pembahasan. Misalnya saja dalam Bab 7 yang berjudul Pembentukan Negara Islam Demak. Dalam bab tersebut didalamnya terdapat sub bab yang agak melenceng dari judulnya antara lain pelayaran orang-orang Portugis. Memang dalam sub bab pelayaran orang-orang Portugis masih ada sedikit kaitan dengan Babnya, namun hal itu membuat pembaca bingung dan tidak focus pada pembahasan pendirian Negara Islam Demak. Selain itu juga terdapat kekurangan lain mengenai isi dari sub babnya. Ada salah satu sub bab yang saya baca, isi dari sub bab tersebut menurut saya tidak nyambung dengan judul sub babnya. Sub bab tersebut yaitu dalam Bab 8 mengenai keruntuhan kesultanan Demak. Disitu terdapat sub bab yang berjudul wali Sembilan, namun isinya hanya menceritakan kebiasaan orang-orang hindu pada saat itu, wali Sembilan hanya disinggung sebagian, itupun bukan cara mereka berdakwah atau kehidupan mereka. Disitu hanya menjelaskan perbandingan kebiasaan dalam agama hindu dengan ajaran yang dilakukan oleh beberapa wali.

B.       Perbandingan dengan Buku Lain
Jika dibandingkan dengan buku lain yang membahas mengenai sejarah kerajaan Majapahit dan terbentuknya kerajaan Islam di nusantara tentulah buku ini masih lebih bagus dari segi isi pembahasannya. Hal itu dikarenakan kebanyakan buku sejarah yang membahas tentang Majapahit dan kerajaan Islam hanya menggunakan sumber umum atau sumber yang memang biasa digunakan untuk peristiwa sejarah. Sumber yang paling banyak digunakan dalam penulisan buku sejarah adalah negarakertagama dan pararaton. Namun dalam buku ini terdapat sumber yang memang sedikit dan jauh berbeda dengan suber-sumber yang digunakan pada buku lain. Sumber-sumber yang digunakan pada buku ini yaitu Babad Tanah Jawi, Serat Kanda dan yang paling membuat berbeda dalam buku ini adalah sumber dari Klenteng Sam Po Kong di Semarang. Oleh karena hal itu, sejarah yang disuguhkan sangatlah berbeda dan menarik. Membuat pengetahuan menjadi lebih luas.


SUMBER
Mulyana, Prof. Dr. Slamet. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam Nusantara. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.